Kenapa ada banyak cahaya dibumi, namun hilang ketika kita meninggalkan bumi?
Mungkin kamu berfikir terang pada siang hari dan gelap pada malam hari itu disebabkan oleh rotasi Bumi dan Matahari yang hanya menyinari salah satu belahan Bumi. Itu hanya salah satu faktor, namun sebenarnya lebih rumit dari itu.
Matahari juga menyinari Bulan, tapi langit diatasnya selalu nampak hitam. Itu karena, Bumi memiliki atmosfer unik yang mengelilinginya. Atmosfir kita penuh dengan debu, kotoran, berbagai gas, serta tetesan air. Semuanya itu berperan sebagai cermin kecil yang memantulkan cahaya Matahari. Ketika sinar Matahari mengenai partikel-partikel kecil yang ada di atmosfer Bumi, cahaya Matahari mengalami difusi dan menghasilkan beragam warna. Itulah sebabnya, kita melihat langit yang biru dan bayangan warna lainnya ketika Matahari terbit dan terbenam.
Ditempat lain, jika posisi kamu berada di Bulan yang tidak mempunyai atmosfer, langit akan tampak hitam dan kamu juga dapat melihat bintang-bintang meskipun Matahari sedang bersinar selama siang hari di Bulan. Hal yang sama berlaku di luar angkasa, meskipun dipenuhi dengan berbagai macam gas berbeda, ruang angkasa tak punya atmosfer bermolekul yang bisa memantulkan cahaya. Dengan kata lain, ruang angkasa itu "HAMPA".
Oleh karena itu, meskipun Matahari sedang bersinar, ruang angkasa akan tetap tampak hitam seperti ruang kosong yang hitam. Jika atmosfer di bumi hilang, langit kita akan hitam sama seperti ruang angkasa atau di bulan.
Kenapa Bintang Lain Tidak Bersinar Terang Seperti Matahari?
Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa bintang lain tidak bersinar terang seperti matahari? Seorang astronom bernama Thomas Digges telah menelitinya. Digges meyakini, alam semesta tidak berujung dan bintang-bintang didalamnya tidak terhingga di dalamnya. Dia pernah ditanya "Kenapa bintang ini tidak membutakan kita dengan cahaya yang menyilaukan?", namun pertanyaan itu tidak terjawab karena hal itu terlalu cepat untuk menjawab sebuah pertanyaan tersebut dan dia tidak mempunyai alat yang mendukung untuk meneliti lebih lanjut.
Astronom moderen lebih tahu tentang hal tersebut, karena meskipun jumlah bintang di ruang angkasa tak terhingga, tapi itu tidak cukup untuk menyinari langit pada malam hari. Langit menjadi gelap, karena bintang-bintang atau alam semesta itu sendiri tidaklah kekal. Bintang-bintang itu fana, alam semesta memiliki batasnya tersendiri. Tentu saja, 14 miliar tahun itu, tidaklah singkat bagi manusia, tapi masih dianggap mudah bagi hitunggan jagat raya.
Angka tersebut juga tidak seberapa bagi semua cahaya dari bintang-bintang jauh untuk sampai di Bumi. Oleh karena itu, berkat teleskop yang indah, kita menjadi tahu bahwa cahaya butuh waktu miliaran tahun untuk sampai ke bumi dari bintang-bintang terjauh.
Artinya, saat kita memandang ke langit, kita sedang memandang ke masa lalu yang sangat jauh.
Teleskop moderen dapat menunjukan bahwa cahaya memulai perjalanannya menuju bumi sekitar 10 miliar tahun yang lalu. Makin kuat teleskop, kita dapat memandang kebelakang makin jauh.
Lalu, Kenapa Bintang Yang Tak Terlalu Jauh Tidak Bersinar Seterang Matahari?
Tetangga kita terdekatpun, masih terbilang jauh sekali jaraknya dari kita yang kalau dihitung dalam kilometer kemungkinan 400 triliun KM. Sebagai perbandingan, jarak antara Bumi dan Matahari 150 juta KM. Jadi, bintang kita jauh lebih besar dan lebih dekat. Bintang-bintang lain mungkin lebih terang dari pada matahari, namun jaraknya lebih jauh dari kita.
Tapi Bukankah Semua Bintang Jauh Itu Mengeluarkan Setidaknya Sedikit Cahaya Yang Bisa Dilihat Dari Bumi?
Mereka mungkin memberi kita cahaya, namun hampir tidak terlihat. Itu karena, ruang angkasa yang nampak kosong itu memiliki banyak sekali gas diluar sana yang semuanya berputar dan membentuk seperti tirai yang menyembunyikan sebagian cahaya di galaksi Bima Sakti. Itu sebabnya, kita tidak bisa melihat semua apa yang terjadi di galaksi kita dan memerlukan peralatan khusus untuk melihat semuanya.
Dari Mana Teori Ledakan Dahsyat (Big Bang) Berasal?
Sebuah pendapat menyebutkan, alam semesta dilahirkan dari sebuah ledakan besar 13,8 Miliar tahun lalu. Sejak saat itu, segala sesuatunya bergerak menjauh dari pusat titik ledakan itu, sehingga alam semesta meluas dan objek-objek didalamnya menjauh seiring dengan waktu. Sumber-sumber cahaya juga bergerak menjauh dan menyebar, sehingga ruang angkasa makin gelap dan jumlah area hitam pun bertambah. Sumber cahaya ini bergerak dengan masing-masing kecepatannya selama miliaran tahun. Dan teleskop satelit kita, secanggih apapun itu belum dapat menemukan jejak dari pergerakan ini.
Bagaimana Kita Bisa Tahu Area Hitam Ini ada, Sedangkan Para Astronom Tak Bisa Melihatnya?
Para astronom berpikir, kebanyakan benda di alam semesta itu tak bisa dilihat, sehingga tampak seperti kekosongan hitam bagi mata manusia.
Tapi Seperti Apa Bentuknya Melalui Teleskop?
Tapi jika ingat spektrum elektromagnetik dari sekolah dulu, kamu akan tahu bahwa cahaya kasatmata hanyalah sebagian kecil dari semua panjang gelombang dan frekuensi. Merah, biru, ungu, kuning – semua jenis warna, tergantung gas penyusunnya!
Apakah artikel ini bermanfaat? atau ada hal yang ingin ditanyakan? Yuk berdikusi bareng di kolom komentar!